Isolasi Mendiri: Lebaran Tanpa Mudik, simak ciwir berikut ini -->

Advertisement

Isolasi Mendiri: Lebaran Tanpa Mudik, simak ciwir berikut ini

BlackEye
Rabu, 28 April 2021

Hey ucrakers, jika kalian pernah mengunjungi situs gossiphobia.my.id, akan sangat terkejut dengan penampilan dan isi yang ada sekarang. Karena semua postingan yang lalu dianggap melanggar oleh bapak google¹, jadi terpaksa aku hapus dan ada beberapa yang aku hibahkan ke blog yang lebih jinak dalam mengolah kata dan kalimat.



Jujur² aku setelah dianggap melanggar itu, jadi males buat nulis. Karena aku tidak merasa melanggar dengan urusan copyright dan sebagainya. Jika foto yang aku pakai memang 1000% bukan hasil jepretan dari kamera ku, itu aku akui. Tapi aku ambil foto, hampir semua tidak memiliki copyright juga. Tapi ya sudahlah, kini aku kembali dengan format yang berbeda dari sebelumnya, tapi tetap dengan warna satir dan mungkin agak sarkas juga.

Kalau kalian yang pernah mengunjungi alamat gossiphobia yang awal dulu, jika kalian telaah semua tema yang aku usung adalah tema satir, tentang kehidupan kaum hawa. Dari urusan gosip ria, pekerjaan yang anti-mainstream, dan terakhir akhir tentang rebut suami orang. Semua satir yang aku bungkus dengan gaya hiperbola dan agak kecie dan ciwir, yang mungkin itu malah menjadi bumerang buat halaman ini.

Ya sudah lah yah, aku harus siap menerima apa yang aku lakukan, kalau kemarin diawali dengan sebuah sajak, yang memang bukan ciri khas gosiphobia. Tapi aku cukup senang ternyata masih bisa membuat postingan yang tidak liar. Dan posts ke dua ini aku ingin menuliskan sebuah keresahan yang sebenarnya selama ini aku simpan.

Keresahan yang mungkin masih menjadi dilematis buat sebagian banyak orang yang tidak bisa survive di masa pandemi Corona ini. Karena aku sendiri mengalami betapa terkaget-kagetnya, oh ternyata ada pandemi. Dan aku yang malah bisa dibilang telat menyadarinya. Karena saat awal pandemi jujur² bukan mau sombong atau riak, namun dengan tabungan dan masih ada gaji dari perusahaan, sungguh sangat tidak terasa.

Saat sekarang ini yang sudah lebih dari setahun pandemi berjalan, baru terasa saat tabungan saldonya dibawah 100 ribu. Buat beli sebungkus rokok saja terpaksa ngumpulin receh. Dan bahkan untuk sekedar beli kuota internet, itu sampe utang!

Tapi bukan hal itu seh yang menjadi keresahan yang ingin aku angkat kali ini. Namun dari judul ini, isolasi mandiri lebaran tanpa mudik. Disadari ataupun tidak, yang namanya mudik adalah pasangan sejoli dengan hari raya, setelah puasa Ramadhan hampir usai, maka sebentar lagi mudik lebaran tiba. Karena pasangan sejoli, banyak orang yang dibela-belain backstreet untuk mudik, saking percayanya lebaran tanpa mudik mending bunuh diri. 

Isolasi mandiri itu sendiri sudah menjadi sebuah momok yang kadang muncul di tiap mimpi mimpi. Karena jika ditilik dari ketentuan nya, mengatur untuk membatasi diri untuk menjauhi dari segala kerumunan. Itu ketentuan nya, namun bisa dinego seperti harga krupuk atau terasi.

Tergambar isolasi mandiri di mimpi. Dan buat yang berkeluarga, terhantui oleh mimpi dan pertanyaan istri-anak ku besok makan apa, baju lebaran apa kabar, dan sesriwutan lainnya. Itu baru isolasi mandiri yang jikalau dilihat dari lebaran tahun lalu. Namun demikian, berganti tahun sepertinya kesadaran untuk menertibkan polkes menjadi sebuah kebosanan yang hakiki.

Dan unik nya, mudik dilarang untuk dikonsumsi. Namun gurihnya berbelanja di Mall, Supermarket atau pasar tradisional menjadi cemilan paling lezat. Apakah klaster-klaster baru bisa diludahi mukanya saat di pasar? Sampai bisa terjamin tidak akan terjadi klaster baru.

Namun, harus diakui itu sebuah kebijakan yang absolut yang harus dijalankan. Jika tidak roda ekonomi tidak akan jalan, dan pajak dari pasar tradisional sampai pasar modern tidak bisa dikentit. Kemudian harus salut juga, jika segala pasar ditutup kita makan apa? Konsumenisme ini meraung-raung tidak bertepian.

Jadi kita wajib bersyukur mempunyai pemerintahan yang adil jujur² serta bijaksana. Semua merasa terayomi dan tentram, dengan adanya program bantuan cumi-cumi eh!³ cuma-cuma yang jenisnya sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Dari bantuan langsung tunai sampai bantuan pra kerja yang berepisode seperti sinetron tukang haji naik bubur. eh!³ Tukang bubur naik haji, maksudnya.

Karena negara kita kaya raya dengan pendapatan perkapita sangat cukup bahkan sangat lebih untuk melakukan hal-hal semacam bantuan yang seperti itu. Maka kita harus bisa bersyukur tanpa batas juga untuk mengimbangi pemerintah yang sudah bersumpah untuk mensejahterakan rakyatnya yang sudah mengantarkan mereka ke Senayan. 

Dan dengan adanya banyaknya bantuan dari pemerintah, maka menolong keadaan pemasukan kita saat kita dituntut untuk workhome atau work-nya ilang tinggal home doang, itupun aktanya ada di bank. Dan pastinya itu salah satu atau salah-salah yang lainnya sebagai pilihan untuk survive di tengah isolasi mandiri. Aku yakin pemerintah sangat intens untuk masalah perut rakyatnya.

Sangat mudah buat kita mengaca orang lain, dibandingkan kita mengaca diri kita sendiri. Lihat di medsos, hanya mampu ngelus dada. Aku yakin seyakin-yakinnya, siapapun yang menjadi penentu kebijakan akan sangat gagu menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini. Maka salah benar bukan jadi ukuran lagi, yang penting rakyat harus terayomi, secara finansial maupun kesehatan. Dan aku sangat menghormati dan tunduk kepada pemerintah apapun ketentuan yang ditetapkan, seperti larangan mudik ini.

Larangan untuk mudik yang akan memasuki tahun kedua ini. Setelah tahun lalu antusiasme masyarakat sangat melangit sekali, misalnya di kabupaten Tegal, masyarakat ramai menutup jalan utama selama beberapa hari. Dan itulah pengejawantahan dari ketetapan pemerintah, meskipun setelah nya kepala daerahnya ditegur karena menggelar acara dangdutan.

Seperti klasmen sepak bola, di putaran kedua kali ini. Sudah jauh-jauh hari tidak meributkan istilah mudik dan pulkam seperti putaran pertama lalu. Sudah lebih agak bijak membedakan istilah. Yang meskipun di KBBI bermakna sama. Yang juga berkunjung ke kampung halaman juga, meskipun jika pulkam itu diarahkan untuk tidak balik lagi, sedang mudik itu ditakuti akan balik dan mungkin ekspansi dari kampung ke kota. Seperti yang sudah-sudah tentunya.

Dan kabar-kabarnya mudik lebaran tahun ini akan sangat keras dalam menindak nya. Namun mekanisme nya aku tidak begitu tahu, bahkan lebih ke arah tidak perduli. Yang penting menaati saja, untuk tidak pulkam itu sudah cukup.

Posting rasan-rasan ini seperti nya sudah over, jika nanti ada yang lebih ingin aku muntah-muntahkan di sini. Aku sampung lagi di lain kesempatan. Sekian dan terimakasih atas kunjungan kalian. Tetap taati porkes agar kita bisa berlebaran dengan aman dirumah bukan di bui, eh!³


Keterangan link: