Cerita Rahwana dan Shinta: Cara Mensyukuri Nikmat Sebagai Manusia, Dengan Menjadi Makhluk Yang Bermanfaat. -->

Advertisement

Cerita Rahwana dan Shinta: Cara Mensyukuri Nikmat Sebagai Manusia, Dengan Menjadi Makhluk Yang Bermanfaat.

john_aripe
Selasa, 19 September 2023

gossiphobia.my.id | "Shinta, setiap manusia mempunyai peran di kehidupan ini. Bukankan fitrah manusia adalah menjadi makhluk sosial, yang tidak bisa lepas dari orang lain?"


Engkau, hanya tersenyum saat aku mengucap kalimat itu. Entah apa yang ada di fikaran mu. Sambil manggut-manggut engkau memalingkan pandangan mu ke seberang jalan. Disana sambil engkau menunjuk ke arah orang gila yang sedang duduk-duduk. Kemudian berbisik, " suamiku Rahwana, engkau lihat bapak yang ada disana? Apakah dia tidak bermanfaat sebagai makhluk sosial?"


Gossiphobia
quote.

Kemudian aku menjawab, " Shinta, nyamuk saja ada manfaatnya, kau tau Shinta, nyamuk pemakan nektar pada bunga tanaman coklat, sehingga dapat berbuah. Itu nyamuk yang sering kita anggap pengganggu. Apalagi bapak yang terlihat orang gila itu, aku yakin dia pun bermanfaat untuk lingkungan di sekitarnya, yang mungkin belum kita ketahui ". 

Shinta istriku, terkadang kita hanya melihat apa yang tampak di kelopak mata kita. Tanpa mau perduli dengan apa yang tidak kita ketahui. Kemudian engkau menyahuti ku, " Suamiku, lantas apa kemungkinan manfaat dari orang gila, seperti bapak yang di sana itu? ", Seperti nyamuk tadi, apakah kita sadar benar jika nyamuk saja bermanfaat buat minuman cokelat yang sering engkau berikan padaku saat pagi pagi?.

Bisa saja orang gila yang kita anggap tidak bisa bersosialisasi ke manusia yang lain, ternyata dia lah yang selama ini membuat kita terlihat waras, karena ada bahan pembading tingkah kewarasan dan tidak. Atau bisa saja, dari mereka yang tidak waras menurut kita, tapi kenyataannya lebih waras nuraninya daripada orang yang mengambil hak orang lain.

Shinta kekasih ku, manusia yang terlihat manusia belum tentu berkelakuan manusia. Mengambil hak kemerdekaan orang lain, semena mena pada yang lain, apakah seperti itu masih terlihat manusia? Karena sebagai makhluk yang sempurna, kadang kita lupa dengan ketidak-sempurnaan kita sendiri. Kita yang bertingkah laku yang sekedar mirip manusia, sekuat apapun tidak terlepas dari manusia lainnya.

Contoh ringan, nasi yang kita makan apakah hasil dari proses tanam kita sendiri? Lantas jika kita menanam padi, apakah kita hanya cukup makan nasi, Shinta? Itulah kemisalan akan rantai yang menghubungkan dari manusia satu dengan manusia yang lain.

Ego yang dipercayakan kepada kita, yang membuat kita buta untuk melihat kemanfaatan di sekitar kita. Ego yang tidak mau dimanfaatkan orang lain, ego yang menginginkan serba kesampaian, ego yang ujung-ujungnya adalah menyandar tidak terasa oleh kita sendiri.

Padahal keakuan, yang pada pengertian bukan badan kasar atau wujud ini, seringkali mendukung keinginan memanfaatkan orang lain. Dan parahnya, kondisi tersebut membuat kita tidak mau dimanfaatkan orang lain. Seperti aku saat tidak mau mengambil secangkir kopi, maka aku akan memanfaatkan engkau istriku untuk membuatkan nya. Yang sementara aku sendiri tidak mau engkau manfaatkan dalam waktu bersamaan.

Dengan setengah bersemangat engkau menjawab, " apakah seperti itu tuntutan aku sebagai istrimu, suamiku? ", Aku tertawa, karena aku tau engkau hanya ingin aku mengakui kekurangan ku. Bukan karena engkau mau mengorek jawaban dari aku.

Karena aku dan engkau memahami, pasangan itu bukan alat untuk membuat kita senang. Namun yang kita pahami pasangan suami istri adalah hubungan saling melengkapi. Tetapi, aku mengambil misal penggambaran tersebut bahwa ego itu ingin memanfaatkan bukan dimanfaatkan.

Shinta, hubungan antara manusia dengan manusia seperti yang aku jabarkan. Adalah pengingat buat aku khususnya dan engkau sebagai bagian dari aku, untuk selalu bersyukur karena kita masih manusia, yang saling membutuhkan dan saling memanfaatkan.

Saat bulan temaram menyaksikan dengan keasikan kita, bertanda hari baranjak keperaduan semesta. Ku ciumi keningmu, seraya memeluk mu, sebagai rasa syukur ku terhadap Tuhan yang sudah memberikan segalanya sampai detik ini. Karena aku mencintaimu selain hubungan manusia juga hubungan ku pada sang Khaliq, karena Nya lah aku menikmati segala pemahaman akan kehidupan ini.