Misteri Hantu Rumah Tua -->

Advertisement

Misteri Hantu Rumah Tua

BlackEye
Kamis, 17 Maret 2022

gossiphobia | Kenz, Narji dan Ayu adalah tiga sekawan, mereka yang mengaku pemberani tetapi aslinya mereka penakut. Setelah pengalaman mereka bertemu , Kuntilanak Merah, dan Pocong Hitam, mereka pun pernah tersesat empat hari di kerajaan Jin.

Di perjalanan pulang dari Malang kembali ke Bandung, Narji bercerita bahwa selama Kenz dan Narji tersesat di kerajaan Jin. Ternyata, mereka selama itu bersandar di sebuah punden tidak jauh dari desa tempat mereka diselamatkan, tidak kemana-mana. Dan selama empat hari tersebut, tubuh mereka berdua disembunyikan oleh para Jin di punden itu, makanya meski mereka di situ setiap orang yang lewat tidak melihat tubuh mereka.

Sedangkan Ayu sendiri, setelah ia terpisah dengan kedua temannya. Ia tak tahu harus kemana, lantas karena ketakutan maka ia menangis. Lalu, diselamatkan oleh bu tani di ladang tempat ia diketemukan. Lucunya, bu tani awalnya mengira kalau suara tangis si Ayu adalah suara Jin penunggu pohon.

Sementara itu kereta yang mengantarkan mereka, melaju dengan cepat. Tak terasa sampailah mereka di kota asal mereka, kota Bandung. Kota yang dijuluki kota kembang kebanggaan mereka bertiga.

Di stasiun itu, mereka berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing. Kenz yang anak seorang pengusaha peyem, disambut dengan hangat oleh keluarga nya. Narji yang hanya tinggal bersama ibunya, setelah beberapa tahun silam berpisah dengan bapaknya, langsung dimarahi karena khawatir, pergi terlalu lama, sedangkan Ayu yang adalah anak dari orang tua yang selalu sibuk bekerja di kantor, cuek saja saat melihat anak perempuan satu-satunya pulang.

Beberapa hari setelah kejadian yang mereka alami di kota Malang dan Batu, mereka berniat untuk mencari sesuatu yang menimbulkan adrenalin mereka. Dan seperti tidak ada kapoknya, mereka akan menyelidiki rumors bahwa ada rumah tua yang berhantu.

Sebenarnya Ayu sempat menolak ajakan kedua sahabatnya itu. Namun, daripada ia bengong di rumah pun tidak ada yang memperhatikan, maka ia pun mengangguk dengan sedikit senyum simpul.

Dan siang itu mulai lah mereka menyusun rencana. Mereka akan bermalam di rumah kosong yang rumor nya berhantu itu nanti malam. Dibelilah peralatan untuk perjalanan malam, seperti baterai senter dan beberapa makanan serta minuman, untuk bekal nanti malam.

Setelah malam tiba, mereka berkumpul di gang masuk ke perkampungan, tempat yang paling dekat dengan lokasi rumah tua yang mereka maksud tadi siang. 

Dan seperti biasa ada orang yang menegur mereka, dan kali ini peringatan nya agak tegas, menanyakan mau kemana dan bermaksud untuk apa, lantas dengan gaya sok nya Narji beralasan untuk mengadakan penelitian keadaan sosial penduduk di daerah tersebut, sebagai tugas dari kampusnya.

Akan tetapi, seperti sudah tau kalau Narji berbohong, orang yang menegur tadi bilang, boleh saja mau mengadakan penelitian atau apapun itu, asal jangan sekali-kali mendekat rumah tua yang tak berpenghuni di paling ujung kampung. Jika terjadi sesuatu jangan salahkan karena sudah diperingatkan.

Sambil manggut-manggut tanda setuju, mereka melangkah meninggalkan bapak itu, dan tetap saja melancarkan rencana yang sudah mereka buat tadi siang, tanpa menggubris peringatan dari orang tadi.

Sesampainya di depan rumah tua yang dimaksud, sebenarnya hati kecil mereka agak kecut, namun karena gengsi dan kepalang tanggung sudah tinggal berapa langkah lagi adrenalin mereka tertantang, mereka tetap masuk juga di pekarangan yang mulai lebat ditumbuhi rumput liar.

Menurut cerita yang mereka dapat, rumah itu sebenarnya belum lama pernah ditinggali oleh sebuah keluarga. Namun, keadaan nya sudah sangat parah untuk dibilang baru saja ditinggalkan oleh penghuni nya.

Pertama menginjakkan kaki mereka di dalam rumah tua tersebut, karena pintunya sudah jebol tidak terkunci maka mereka bisa masuk ke dalam rumah, mereka merasakan hawa yang sangat dingin. Memang kota Bandung terkenal dengan hawa yang sejuk dan dingin, namun dingin yang ada di dalam rumah itu lebih dingin dari keadaan di luar.

Rasa dingin yang Kenz, Narji dan Ayu rasakan sungguh sangat tidak wajar. Tiba-tiba keisengan Narji muncul, dipegangnya tengkuk leher Ayu, dan sontak Ayu terpekik pelan, dipukullah sahabat nya yang suka iseng itu, dibalasnya nyengir kuda khas Narji.

Entah mengapa, mereka seperti sepakat untuk tidak ngomong setelah masuk kedalam rumah. Suasana makin mencekam saja, setelah keadaan dingin dan gelap sesaat memasuki ruangan demi ruangan di rumah itu.

Rumah itu lumayan besar dengan banyak ruangan, dan berlantai dua, sangat menggambarkan bahwa pemilik lama, adalah seorang yang sangat kaya di kampung tersebut. Selain itu, masih banyak perabotan yang dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya.

Seketika, Ayu merasakan hawa yang sangat panas pada senternya. Makin lama makin panas seperti dipanggang di atas tungku. Ia lemparkan senternya, membuat kedua temannya kaget bukan kepalang. Setelah kekagetan itulah, rumah itu seperti bernyawa.

Mulai dari pintu sebuah kamar yang tiba-tiba terbanting dengan keras membuat tanpa sadar mereka bertiga berpegangan tangan. Lantas Narji tiba-tiba melihat sosok sekelebat seperti kain putih terbang di atas almari depan. Kenz yang sedari tadi memegang tangan Ayu, juga mengaku ada suara orang tertawa di lantai atas. Ayu sendiri, merasakan kakinya seperti ada yang mencengkram, sampai membekas.

Keadaan itu membuat mereka lari, namun bukannya keluar rumah, malah mereka tanpa sengaja kompak naik ke lantai atas, yang artinya mereka mendatangi suara ketawa, yang didengar Kenz.

Setelah sampai di lantai atas, mereka baru menyadari kekonyolan mereka itu. Lantas Ayu mengusulkan buat turun dan keluar dari rumah angker itu. Akan tetapi, belum juga mereka menuruni tangga. Terdengar oleh mereka suara langkah kaki yang berat di anak tangga, dan mereka hanya bisa berpaku, mematung.

Kemudian muncul makhluk hitam besar serta kekar melangkah mendekati mereka bertiga. Lantas sosok itu berkata, "ngapain kemari pergi!" dalam bahasa sunda. Lantas dengan setengah lari mereka menuruni anak tangga, dan lari keluar rumah.

Di depan rumah, sudah berdiri bapak-bapak yang tadi menegur mereka dan memperingatkan mereka. Lantas dimarahilah mereka bertiga karena melanggar peringatan nya. Untung saja tidak ada yang terluka atau kena macam-macam dari 'penghuni' rumah kosong tersebut. Lalu, orang itu, mewanti-wanti agar jangan lagi mendekati rumah tersebut dan menyuruh mereka untuk pulang.