Ngobrolin Video Pdt. Saifuddin Ibrahim di Warkop -->

Advertisement

Ngobrolin Video Pdt. Saifuddin Ibrahim di Warkop

john_aripe
Selasa, 05 April 2022


Beredar dan menjadi viral, sebuah video yang dibuat oleh oknum Pdt. Saifuddin Ibrahim, yang meminta MenAg (Menteri Agama) untuk merevisi dan menghapus setidaknya 300 Ayat dalam Al-Qur'an.

Menurut Pdt. Saifuddin Ibrahim, ketiga ratus ayat tersebut, mengajarkan tentang kekerasan dan tindak terorisme. Lantas dia menyebutkan juga, bahwa ponpes (pondok pesantren) adalah sarang teroris, dalam video nya, ia menyebutkan bahwasanya MenAg harus membenahi kurikulum yang diajarkan di ponpes.

Sementara itu, PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) saat dimintai pendapatnya tentang video itu, menyatakan bahwa pernyataan Pdt. Saifuddin Ibrahim adalah pernyataan pribadinya jadi tidak ada kaitannya sedikit pun dengan PGI. Bahkan, pihak PGI menghimbau agar umat muslim, tidak terpancing dengan video tersebut, sehingga situasi kerukunan beragama tidak terganggu.

Berita terkait video yang beredar tersebut, sudah sampai ke Warung Kopi Mbok Darmi sore itu. Mereka yaitu Pak Dalkem, Pak Sarno, dan tentu saja mbok Darmi sendiri. Mengomentari sambil menikmati kopi dan gorengan.

"Wah ya sekarang kok banyak orang non muslim yang suka bikin gara-gara ya, kayaknya dulu zaman pak Harto, nggak ada yang kayak gini" ucap Pak Dalkem membuka acara 'rasan-rasan' sore itu.

"Waluuuah, la kok gitu to, zaman pak Harto kan zaman yang memang gak ada yang berani ngomong, sekali ngomong hal sara ya dihadiahi dorrr", sambil mengacungkan pisang goreng ke arah pak Dalkem, seolah-olah ia memegang pistol, pak Sarno menganggapi komentar pak Dalkem.

"Mungkin iku nganu, zaman sekarang itu kebebasan untuk ngomong sudah kebablasan, jadi orang tak punya standar buat berkomentar tentang apapun" mbok Darmi ikutan menyela, sambil sibuk mengaduk kopi buat mereka berdua.

"Kebablasan pie, mbok? Orang sekarang juga ada undang-undang ITE yang bisa menjerat apapun dan siapapun loh, jangan lupa itu", sahut pak Sarno.

"Alahh undang-undang ITE itu kan tidak segawat menteri penerangan zaman dulu, toh. Masih bisa ditawar atau dinego, nyari harga pas, kayak beli terasi di pasar Turi, bener gak mbok?" Tanya pak Dalkem sewot.

"Loh.. loh.. terasi pasar Turi pun sekarang ada bandrolnya pak Dal, jadi nggak bisa ditawar tawar" jawab mbok Darmi sambil berkekeh.

"Nah, yang nentuin bandrol itu siapa, mbok? Kan biasanya hal semacam itu bisa ditawar, kalau pake bilang dipojokin netijen dapet kortingan malah, nah loh" saut pak Dalkem tanpa henti mengunyah goreng tahu isi.

"Kalau kita sebagai masyarakat kecil saja tidak mau percaya sama pemerintah, lalu siapa lagi yang akan mengatur negara ini, hayo" sambil sesekali melirik ke arah kopi yang sedari tadi belum juga jadi, pak Sarno mengingatkan.

"La yang ndak percaya sama pemerintah itu siapa? La wong kita cuma gak pengen hukum kok kayak karet, bisa molor kemana saja" jawab pak Dalkem agak sewot.

"Kita lihat aja nanti kasus ini mau berkembang kearah mana, kalau cuma buat bahan kecam mengecam, apa bedanya sama kita yang suka ngobrol di Warung saya ini, kan?" Jawab mbok Darmi sambil menyajikan kopi bikinannya.

"Kalau aku seh, permintaan maaf dari okum yang buat video itu, gak cukup. Meski ada hal buat dia jera, karena kita bukan PKI, kita sama-sama punya agama yang kita yakini sebagai sesuatu yang benar dan tanpa tanda tanya". Ucap pak Dalkem yang fanatik ke salah satu organisasi yang sudah dibubarkan pemerintah itu.

"Nah makanya, bener kata mbok Darmi tadi, kita tunggu saja kelanjutan kasus ini, apakah bener UU ITE itu kayak mie ayam yang mlolar-mloror, setuju kan mbok?" Kata pak Sarno minta dukungan.

"Yes bener itu, kita kan cuma wong cilik yang gak bisa ngapa-ngapain, cuma adu cocot" ucap mbok Darmi mengakhiri acara rasan-rasan sore menjelang senja itu.