Gossiphobia | Kabar dari timur, meraba hati naluri yang bergegas berteriak bahkan pada beberapa pangkat dan seragam. Semua semula dari sesuatu yang tidak dapat dipercaya.
Rabu siang tengah hari, puluhan warga Lombok Tengah, demo berunjuk intuisi di depan pintu dinas yang seyogyanya dan digadang penuh harap melindungi masyarakat. Aksi bersama, dilakukan dengan sepenuhnya kesadaran terhadap kasus yang menimpa Amaq Santi(inisial M).
Amaq Santi adalah korban dari sebuah tindak perampokan atas motor miliknya. Namun, naas bagi nasibnya, setelah ia membela diri dan lalu mematikan kedua perampok tersebut, ia malah lantas digelandang oleh dinas yang seyogyanya dan digadang penuh harap melindungi masyarakat, sebagai pelaku pembunuhan!
Akan kah, jika seseorang melawan itu menjadi sangat HARAM di mata dinas yang seyogyanya dan digadang penuh harap melindungi masyarakat itu? Apakah jika harta benda kita dirampas, dicuri, bahkan dicurangi itu adalah hanya sebatas nasib apes? Atau saat kita tidak melawan atas suatu tindakan kriminal, menjadi sangat terpuji dan disanjung bagaikan pahlawan?
Ataukah, jika petinju mati dimedan laga pertandingan, terus langsung diusut dan kewajiban hukuman pada lawan tinju nya? Ataukah saat kita kalah dalam sebuah perebutan kursi kekuasaan lantas menjadi korban, dan yang menang harus siap dihukum menjadi terpidana? Kelogisan dinas yang seyogyanya dan digadang penuh harap melindungi masyarakat, harus diwaspadai kita sebagai yang masih waras ini.
Lantas profesionalisme yang dikoarkan oleh dinas yang seyogyanya dan digadang penuh harap melindungi masyarakat itu terletak dimana? Nilai peredaran uang? Tentang jabatan? Atau apa lagi yang akan digemborkan di tanah yang katanya negeri hukum ini?
Beberapa contoh keadaan serupa banyak rupa, dua orang pengamen harus menjalani penyiksaan, disetrum, dipukuli dan dianiaya agar mengakui pembunuhan yang tidak mereka lakukan. Atau, seorang murid sekolah kejuruan yang selalu tiap hari membawa mistar logam, dijebloskan penjara juga, gegara ia melindungi diri dari perampokan yang ia alami.
Sebenarnya bukan uang syarat sah wajib menjadi seorang penegak hukum, entah itu hansip atau sekuriti. Namun, syarat sah menjadikan diri sebagai penegak hukum harusnya adalah uji KEWARASAN! itu lebih bijaksana, daripada harus keras memaksa orangtua menjual sepetak tanah warisan dari nenek moyang, yang lalu digantikan dengan setumpuk seragam.
Sudah beberapa contoh kasus, dan jika itu terulang dan atau sengaja diulangi, maka keledai itu lebih pintar dari penganggapan diri dan terikan profesionalisme. Laut itu akan asin sendiri tanpa harus dituang garam sebakul.