Gonjang-ganjing tentang Harga BBM jenis Pertalite naik, ternyata dibarengi dengan gossip kenaikan harga LPG 3kg dan juga tarif dasar listrik. Kenaikan ini tentunya menggundang decak kagum pada instrumen anonymous bernama pemerintah, yang katanya pro wong cilik.
Meskipun, jika gossip kenaikan beberapa barang vital tersebut, hanya untuk kesenangan semata para instruktur senam di sana, akan tetapi banyak hal yang menjadi korban, terutama demo 11 April kemarin. Tuntutan para pendemam Demo, pasti merasa pekerjaan mereka sia-sia saja, jika aparatur pemerintah saja, suka menebar gossip yang bertolak belakang dari yang kemarin disepakati bersama.
Dengan acara the Rasan's di dewan yang paling terhormat di negeri ini, seorang anonymous menyatakan bahwa 'keharusan' menaikkan harga Pertalite, dalam upaya jangka panjang dan menengah, dalam menghadapi harga minyak dunia yang sudah mencapai US$100 per barel. Maka keputusan nya dianggap oleh dirinya sendiri yang berkantong setebal kumis Gatot Kaca, pun sudah sangat tepat dilakukan untuk menaikan harga barang-barang pokok tersebut.
Kemungkinan besar, si Anonymous yang meneriakkan yel-yel atas kenaikan harga elpiji ukuran 3 kg dan beberapa komoditas pokok lainnya, tidak sadar jika ada harga yang harus dibayar dengan tangis oleh rakyat saat mendengar suara renyah penaikan tarif-tarif tersebut. Semoga dalam keadaan normal dan kewarasan yang maksimal, sebab jika benar-benar gossip dari acara the Rasan's ynag mengangkat kenaikan Pertalite, Solar, Gas 3kg dan tarif listrik, maka akan menarik inflasi yang masif pada naiknya harga kebutuhan pokok lainnya, sehingga mempersempit kaum 'wong cilik' untuk bisa sedikit sejahtera di siklus pandemi yang masih berkepanjangan ini.
Akan masih dalam taraf kewarasan jika di masa pandemi ini, tidak terlalu mencorongkan suara-suara akan kenaikan harga bahan pokok. Sangat mungkin menjadi bijak jika, tuntutan demo Mahasiswa 11 April kemarin direalisasikan, untuk upaya meringankan beban ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA (APBN). Taruhlah, merelokasi dana pajak 11% ppn(pajak pertambahan nilai) yang terlanjur ditetapkan pada 1 April kemarin, atau yang paling mungkin dan mudah adalah anggaran pemindahan ibukota bisa diperuntukkan terlebih dahulu untuk subsidi BBM, tarif listrik atau harga gas 3kg. Dibandingkan dengan riang gembira penuh suka cita menggossip akan menaikan barang-barang tersebut.
Kenapa kewarasan harus kita jaga selalu dalam menetapkan cita-cita berbangsa dan bernegara? Itu sesuai dengan yel-yel, Pemerintah akan pro rakyat, Pemerintah bersama rakyat, jika tetap terjadi kenaikan pada apa yang digossipkan, lantas pro rakyat yang mana? bersama rakyat yang seperti apa?
Ambillah contoh, jika benar-benar tarif BBM jenis Pertalite dinaikkan, yang sebagian besar digunakan atau dikonsumsi oleh sebagian besar rakyat, maka daya beli pada BBM jenis Pertalite akan menurun, sebab akan banyak yang dikorbankan seorang rakyat hanya untuk membeli satu liter BBM. Belum lagi imbasnya, jika BBM berjenis solar yang dipakai dalam transportasi umum dinaikkan maka, memacu kenaikan harga bahan yang lainnya.
Ataukah wong cilik yang sering menjadi yel-yel saat kerja kelompok, atau bahkan saat pencarian simpati berupa kampanye, itu adalah wong cilik yang bermobil mewah, dengan banyak akun bank di sembarang tempat, atau wong cilik yang rumah huni nya minimal seharga 3 miliar? Jika yang dimaksud dengan wong cilik seperti itu, maka sudah sangat bijak dan keadilan sosial bagi seluruh wong cilik sudah tuntas dipenuhi. Jiwa Pancasila yang menjadi cita-cita bangsa ini sudah dilaksanakan sepenuhnya di rezim kali ini.
Pertamina sebagai salah satu perusahaan BUMN, yang dimiliki bukan oleh satu dua orang, namun seluruh rakyat Indonesia. Sudah layaknya tidak menghiraukan untung ruginya atas apa yang Pertamina upayakan mengeruk kekayaan minyak di bumi Indonesia ini. Karena keuntungan dipandang dari kesejahteraan rakyat Indonesia akan tercukupi dan nyaman dalam memakai produk yang dikeluarkan lewat perusahaan yang katanya milik orang Indonesia itu. Kecuali, jika Pertamina mampu bersaing di pasar global, dan mengeruk keuntungan banyak lewat dagang di pasar dunia, mungkin menaikkan harga, sesuai harga minyak dunia di pasar internasional itu baru waras. Yang keuntungan kembali lagi ke rakyat Indonesia seluruhnya, untuk membuat kesejahteraan sosial rakyat Indonesia.
Penggambaran nya jikalau kenaikan BBM dan harga gas dinaikkan, adalah semua akar rumput merasakan efeknya. Seseorang yang tidak memiliki kendaraan akan merasa pahit saat akan membeli beras, sebab BBM untuk pengangkutan beras menjadi naik, maka otomatis beras juga menjadi naik, itu prinsip dasar pasar, yang tidak disadari oleh para anonymous yang berperan menentukan harga-harga itu.
Jika pemerintah ingin terlihat lebih bijak, maka seyogyanya menertibkan para ahli pembuat gempar tersebut. Sebab tidak bijak jika sepanjang tahun 2022 ini yang masih dalam keadaan pandemic, berkoar tentang kenaikan bahan-bahan pokok, dari BBM, Gas, bahkan tarif listrik. Tapi kembali lagi, pada niat mau mensejahterakan rakyat yang mana? Rakyat yang kolomerat atau rakyat yang melarat.