Puasa -->

Advertisement

Puasa

Mbok Darmi
Senin, 04 April 2022


Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang ada lima, sebagai hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim dewasa yang sehat dan berakal. Dalam Islam puasa tidak hanya puasa Ramadhan, yang bernilai wajib, ada juga puasa Sunnah yang dilakukan di luar bulan Ramadhan.

Puasa adalah menahan diri dari segala makan dan minum serta hal yang bisa membatalkan puasa dari mulai terbit fajar sampai senja atau masuk waktu Maghrib. Puasa dalam syariat Islam, dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas ketakwaannya dengan syarat syarat yang diatur, mulai dari niat, menahan syahwat, sampai menjaga mulut agar tidak menggunjing, adalah hal yang selalu dijaga oleh seorang muslim saat berpuasa. Sebab puasa sendiri berarti menahan dan mencegah, dari hal yang membatalkan.

Puasa sendiri dibagi menjadi dua, yaitu puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa Nazar(puasa yang dilakukan setelah berjanji akan melakukan puasa), puasa Kifarat atau denda(biasanya puasa ini wajib sebab melakukan sesuatu yang melanggar, misal melanggar aturan saat melaksanakan haji), puasa Qadha (atau mengganti puasa Ramadhan di lain bulan Ramadhan). Sedangkan puasa Sunnah banyak contohnya, yang biasanya menjadi kebiasaan Nabi Muhammad, misalnya puasa Senin dan Kamis, puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Nisfusa'ban(puasa yang dilakukan pertengahan bulan sa'ban) dan lain sebagainya.

Adapun yang membatalkan puasa, antara lain adalah:

1. Masuknya hal yang membatalkan ke dalam lubang tubuh dengan unsur kesengajaan. Itu bisa dimisalkan makan, minum, merokok, dan lain sebagainya. Namun hal ini akan jadi tidak membatalkan puasa seseorang jika terjadi dengan ketidaksengaja, misalnya lupa jika sedang puasa dan harus melanjutkan puasa nya.

2. Bersetubuh, dengan pasangan sah maupun apalagi berzinah(yang jelas-jelas hukumnya haram). Namun demikian jika bersetubuh dengan pasangan sah, jika tidak sengaja semisal lupa, hal tersebut tidak membatalkan puasa nya, dan wajib menerus puasa dan juga diwajibkan mengganti dengan puasa di lain waktu atau bisa juga dengan membayar denda.

3. Muntah dengan sengaja, hal ini disebabkan saat muntah yang disengaja pasti ada unsur yang masuk ke dalam mulutnya. Namun, jika terjadi muntah tidak disengaja tidak membatalkan puasa nya.

4. Keluar sperma dengan sengaja, entah dengan dilakukan sendiri atau dibantu orang lain. Sebab, keluarnya sperma tentunya tidak terlepas dari hawa syahwat yang berlebih, makanya jika keluarnya sperma disengaja akan membatalkan puasa seseorang tersebut, selain harus menggantinya di lain waktu juga dikenakan denda, jika itu saat puasa Ramadhan.

5. Datang bulan atau haid dan nifas atau melahirkan untuk para perempuan. Jika seseorang perempuan, sedang melakukan puasa dan tiba-tiba saja ia datang bulan atau melahirkan ia menjadi gugur syarat rukun puasanya, dan menjadi haram jika perempuan tersebut tetap melanjutkan puasanya, serta harus menggantinya di lain waktu. Sama halnya seseorang istri yang akan melakukan puasa Sunnah, akan tetapi suaminya melarang, maka bukan pahala yang ia dapatkan, karena puasanya dianggap haram. Untuk kasus ini, tentunya pihak suami dan istri harus sama-sama pengertian, tidak lantas kesemena-menaan.

6. Hilang akal atau gila, hilang akal disini bisa diartikan juga saat terjadi pinsan, kesurupan, atau benar-benar gangguan kejiwaan. Maka syarat puasa nya menjadi gugur.

7. Murtad atau keluar dari agama Islam. Seseorang yang mengikrarkan diri untuk tidak menjalankan syariat Islam, tentunya sudah tidak ada kewajiban untuk melaksanakan puasa. Sebab puasa terutama puasa Ramadhan adalah bagian dari rukun Islam.

Adapun syarat sah puasa Ramadhan atau puasa Sunnah sekali pun, ada beberapa yang musti digaris bawahi, sebab jika tidak maka puasanya menjadi sia sia saja. Seperti tidak mengumbar hawa nafsu syahwat, bergunjing, menebar amarah, berbohong, khianat, menipu dan lain sebagainya.

Namun syarat sah yang paling perlu diperhatikan antara lain adalah;

1. Beragama Islam, jadi seseorang yang lain keyakinan nya tidak wajib melaksanakan puasa Ramadhan, misalnya. Akan tetapi boleh melakukan jika mau, namun tidak mendapatkan pahala atau keutamaan dari puasa yang kerjakan.

2. Berakal sehat, seseorang diwajibkan berpuasa saat ia sehat secara rohani. Jika kejiwaan nya terganggu maka ia tidak bisa membedakan hal-hal yang hak(wajib dilakukan) maupun yang haram dilakukan.

3. Baligh, Baligh disini dapat diartikan sudah cukup umur. Namun, seyogyanya kita sudah belajar berpuasa sedari anak-anak, sebab puasa yang sudah menjadi kebiasaan maka akan berpengaruh terhadap pola ibadah saat sudah dewasa. Seperti halnya, sholat atau ibadah yang lain, terutama puasa, sebab puasa jika tidak dilambari dengan iman, maka puasa dirasa sebagai siksaan. Jika puasa sudah tertanam sejak dini, saat melakukan nya pun menjadi ringan dan terbiasa.

4. Mampu melaksanakan ibadah puasa tersebut. Ini dimaksudkan bahwa puasa boleh ditinggalkan saat sakit, dalam perjalanan jauh, atau halangan yang lain, yang dimungkinkan seseorang tidak bisa melakukan puasa serta mengganti di lain waktu jika puasa yang di lakukan adalah puasa Ramadhan atau puasa wajib.

5. Memahami waktu puasa, artinya seseorang tahu kapan ia harus memulai dari fajar sampai senja saat terbenam matahari. Ini menjadi penting sebab, jika seseorang tidak tahu kapan harus memulai dan berhenti maka yang terjadi adalah ketidak-yakinan pada puasa yang ia kerjakan.

6. Niat, niat disini adalah menjadi hal yang sangat pokok dalam mengerjakan puasa, jadi harus ada niat saat melakukan puasa, jika tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga semata, itu berlaku untuk puasa yang wajib maupun yang sunnah. Akan tetapi jika puasa wajib, diharuskan berniat sebelum mengerjakan puasa itu sendiri atau bisa saat setelah melakukan sahur, jika puasa Sunnah di boleh berniat saat ia sudah mengerjakan nya, misal dia dari sebelum waktu subuh masih dalam keadaan tidak batal puasa, maka saat pagi atau siang dia bisa berniat puasa Sunnah tersebut.

Selanjutnya harus dipahami juga, dalam syariat Islam ada waktu-waktu yang tidak boleh mengerjakan puasa, entah wajib maupun sunnah. Waktu tersebut misalnya pada 1 Syawal, yang seharusnya adalah hari kemenangan maka menjadi haram jika melakukan puasa di hari tersebut. Lalu, pada tanggal 10 Dzulhijjah atau biasa dikenal idul Adha. Kemudian hari tasyrik atau tiga hari setelah idul Adha (11, 12, 13 Dzulhijjah).

Lantas ada lagi hari yang tidak boleh berpuasa yakni, hari Syak atau pada tanggal 30 Syakban. Larangan yang selanjutnya adalah puasa tiap hari, jadi seorang muslim diharamkan untuk puasa saban hari, akan tetapi boleh selang seling, atau puasa Daud, sehari puasa, sehari tidak puasa.

Adapun hikmah puasa buat kaum muslimin, adalah melatih kaum muslimin menjadi insan yang bersabar dalam menjalani hidup, bisa meambah tawakal kepada Allah SWT, mampu berempati terhadap sesama, sebab dalam puasa tidak ada perbedaan antara yang bisa makan enak maupun tidak, semua sama-sama merasakan lapar dan dahaga. 

Selain itu juga, mendidik nafsu kita untuk tidak selalu dituruti, entah nafsu makan, nafsu syahwat, maupun nafsu amarah. Karena saat berpuasa kita diwajibkan menahan dan membelenggu nafsu kita tersebut agar membiasakan diri menjadi nafsu yang bisa dikendalikan. Sebab orang yang sangat bijak bukanlah orang yang punya pengaruh atau pengikut banyak, bukan yang punya ajian yang dasyat, namun seseorang dinamankan sakti dan bijak adalah orang yang mampu mengendalikan nafsu yang ada di dalam dirinya sendiri.

Setelah nafsu mampu dikendalikan dengan baik, selanjutnya hikmah puasa adalah meningkat kesehatan fisik. Sebab menurut beberapa pakar kesehatan, puasa bisa menjaga kestabilan tubuh, sehingga banyak penyakit terutama berkaitan dengan pencernaan bisa sembuh.

Sekian sekelumit tentang puasa, semoga menambah khasanah pemahaman kita bersama.