[gossiPhobia] Nyali seseorang bisa kita lihat saat berhadapan dengan hukum. Jangankan di depan hukum, deh. Bisa kalian lihat saat seseorang yang bernyali atau tidak itu, saat ditangkap oleh polisi. Itu akan membuat benar benar dia bernyali atau cuma sekedar belagak saja. Metal krupuk atau mental baja, bisa diliat di depan polisi.
Hal tersebut, yang terjadi kepada seseorang Gladiator yang berjuluk Rizkan Putra. Putra asli Medan dengan logat yang kental saat diminta e-tool atau e-parking oleh seorang petugas parkir. Dan Gladiator yang masih berusia muda dengan kilatan mata penuh semangat membunuh itu, ingin mematah-patahkan leher tukang parkir sekaligus leher Walikota Medan Bobby Nasution. Ancaman tersebut dibarengi dengan nafas menderu kuda, sehingga menciutlah nyali si tukang parkir. Menghadapi di depannya seorang Gladiator bernarah Macan yang siap membunuh, dengan mematahkan leher nya.
Tapi sikap Gladiator yang haus leher untuk dipatah-patahkan tersebut, langsung seketikan menjadi krupuk kering yang tersiram air panas. Lumer, tak tersisa kaisan penuh nafsu patahkan leher tukang parkir dan Walikota Medan.
Dikutip dari laman, Detik.Com. Rizkan dilaporkan Dinas Perhubungan Kota Medan ke pihak yang berwajib dan lantas saat subuh Rizkan a.k.a Gladiator Khusus Patahkan Leher dilakukan penangkapan(25/4), yang menarik adalah saat kercap-krecep didepan polisi. Mengaku salah dan minta maaf, terlihat begitu rendahnya tingkat nyali seorang yang sebelumnya dengan penuh gagahnya ingin patahkan leher seseorang.
Apakah sudah tak ada harga dirinya lagi sebagai yang mengaku seseorang Gladiator Ahli Patah Leher, saat bertemu dengan pihak Polisi? Atau adakah sesuatu yang menyebabkan si Gladiator Khusus Ahli Patah Leher(Rizkan) tiba-tiba tak bernyali macam krupuk dan tulang lunak?
Sebab dikutip dari Detik.Com, setelah Rizkan diamankan di Polrestabes Medan dan di selidiki, awal mula dari video viralnya tersebut Rizkan mengaku bukan tidak mau bayar parkir menggunakan e-tool atau e-parking, namun ia hanya ingin fokus untuk membayar uang cash saja.
Sebab kenapa ia ingin membayar dengan uang cash, sangat tragis dan penuh drama. Sebab sesuai pengakuan Rizkan si Gladiator Khusus Mematahkan Leher. Ia tak mau menggunakan sistem kartu elektronik, sebab jika menggunakan e-tool itu akan menguras saldonya.
Ini sekedar alasan terkrecepnya si Gladiator Khusus Patahkan Leher, atau memang ia benar-benar tidak tahu. Tarif yang akan kepotong saat menggunakan e-tool saat untuk membayar e-parking. Sebab tarif per 2021, Ruas jalan kelas I, roda 2 sebesar Rp 2.000 dan roda 4 sebesar Rp 3.000. Untuk kelas II, roda 2 sebesar Rp 1.000 dan roda 4 sebesar Rp 2.000. Tarif tersebut yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Medan.
Namun, namanya sudah keburu emosi, dituturin juga malah seperti membangunkan jiwa Petarung ala Gladiatornya, dan Rizkan si Gladiator pun langsung muncul seketika! Dan dengan penuh kilatan api di matanya, ia pengen segerakan patah-patah kan leher si tukang parkir dan Walkot Medan(sebagai bos tukang parkir menurut Rizkan).
Sebenarnya, kasus seperti ini sudah banyak kejadian. Dan menariknya adalah strategi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dirasa kurang menyentuh sampai akar rumput. Itu penyebab, maraknya orang viral yang hanya malah memperparah dan memperlihatkan kebodohan kita dalam berbangsa dan bernegara. Sebab Infrastruktur publik itu tidak hanya digunakan oleh mereka yang melek informasi. Namun seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Sedangkan hanya mereka yang mau melek informasi yang bisa tau dan mengerti tentang berbagai jenis kebijakan yang ditetapkan di ruang publik. Dan memperpanjang kasus kebodohan yang menyebabkan terjadinya tindak main Gladiator-gladiatoran macam Rizkan ini.
"Ini yang nyuruh Pak Bobby (Wali Kota Medan)," jawab tukang parkir.
"Kau panggil Pak Bobby itu kemari, biar kupatahkan batang leher Pak Bobby itu sekalian. Mau kau? Atau kau aja kupatahkan batang leher kau mau," kata Rizkan si Gladiator dari dalam mobil.
Percakapan di atas adalah hal yang akan terus berulang-ulang dari masa ke masa jika tidak ada upaya penyetopan dengan mencetak perilaku dan pribadi yang pintar agar menjadi masyarakat yang bijak dan tak mudah tersulut emosi, sebab kebodohan sendiri.
Di dialog di atas, memperlihatkan tukang parkir pun sebenarnya tidak begitu paham dan mengerti tentang bagaimana tatacara parkir, sedang yang pasti dia tahu hanya memastikan bahwa si pemilik kendaraan bayar. Dan itu menuai miris di hati, saat kebodohan jadi hal yang viral di medsos kita.