Shinta kekasihku, menilik dan menimbang setiap helai permasalah agar tidak tergesa-gesa dalam menentukan keputusan, adalah ciri khas seorang yang bijaksana. Dalam pengembangannya justru itu membuat seseorang menjadi berkurang disukai, sebab terlalu memilih dalam menyelesaikan suatu masalah. Akan tetapi, sewajarnya saja saat menimbang setiap masalah.
Rahwana pujaan hatiku, memang benar, dalam berbagai bentuk permasalahan harus mengedepankan aspek pertimbangan. Dan juga benar, tidak setiap helai daun permasalahan harus diperhatikan dengan seksama, bisa copy paste dengan hal yang pernah terjadi di masa lampau, benar begitukan, kekashku?
Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum, saat pandangan kita selalu sama, Shinta. Terlebih kita adalah satu hati satu jiwa dan satu pemikiran. Tetapi apakah engaku juga sepemikiran dengan ku, bagaimana memandang sebuah lirik lagu? Ambil misal adalah lagu yang berjudul Pamer Bojo milik Didi Kempot, Shinta?
Kekasih ku Rahwana, coba engkau berbaik hati, dan uraikan secara gamblang tentang lirik lagu Pamer Bojo tersebut. Aku akan mendengar penuh khidmat.
Jika itu yang menjadi keinginan mu, Shinta. Aku akan berusaha untuk menerjemahkan tiap bagian dalam lirik lagu Pamer Bojo ini. Aku mulai dari bait pertama, di bait pertama ini, si penulis ingin menggambarkan situasi saat rasa rindu mendera hati,
Koyo ngene rasane wong nandang kangenRino wengi atiku rasane petengTansah kelingan kepingin nyawangSedelo wae uwis emoh tenan
Di dalam baris-baris kalimat yang terburai dilantunan musik yang cukup easy listening ini, merupakan penggambaran rindu yang pekat. Di baris pertama, bisa dipetik kesan jika rindu yang dialami sungguhlah mendalam, dilanjutkan di baris keduanya, kerinduan yang dirasakan dari siang sampai malam membuat hati menjadi temaram. Dan itulah derita merindu, setiap kali ingin rasanya bertemu, makan terasa hambar, tidur tak nyenyak, semua yang terbayang hanya wajah kekasihnya.
Dan dibaris paling akhir dikatakan, sebentar saja ketemu itu tidak bisa mengobati rasa kangen yang begitu berat. Namun demikian, dalam kamus bercinta, rasa kangen itu haruslah ada, meskipun itu sudah selalu bersandingan, meskipun itu sudah menjadi pasutri, tapi rasa rindu itu harus diciptakan selalu dan selalu, seperti lem yang merekatkan hubungan antara kedua insan bercinta.
Lanjut ke bait kedua dalam lirik lagu Pamer Bojo ini, Shinta, dilukiskan oleh si penulis, bahwa rasa rindu yang dijelaskan di bait pertama disebabkan kekasihnya seperti memain-mainkan perasaannya,
Cidro janji tegane kowe ngapusiNganti seprene suwene aku ngenteniNangis batinku nggrantes uripkuTeles kebes netes eluh neng dadaku
Di bait kedua ini, menjelaskan bahwa rindu yang ia sandang disebabkan kekasihnya ingkar janji dan seperti membohongi nya. Kemungkinan, ada janji untuk bertemu yang dilanggar oleh kekasih hatinya. Sehingga rasa rindu yang mendemam membuat rasa kecewa di dasar hati. Itu juga dijelaskan di baris kedua, si penulis menggambarkan bahwa penantiannya cukup panjang dan itu yang menyebabkan rindu tak bergeming.
Semua yang dilakukan oleh kekasihnya, diceritakan oleh penulis, membuat hati teriris hingga merasakan hidup begitu tersiksa. Sesakit hati menghantam perasaan hingga terasa ngilu di dada. Dan berasa air mata membasahi relung dadanya.
Lanjut ke bait ketiga, dari lagu Pamer Bojo ini, Shinta. Di bait ini diuraikanlah alasan kenapa kekasihnya begitu tega mencederai kepercayaan yang sudah diberikan,
Dudu klambi anyarSing neng njero lemarikuNanging bojo anyarSing mbok pamerke neng aku
Di bait ini, si penulis lagu Pamer Bojo, ingin bercerita tentang hal yang menjadi sebab kekasihnya berlaku seperti menyiksanya dengan rasa rindu yang pekat. Sebab di bait ini diceritakan bahwa, kekasih hati nya sudah memiliki kekasih yang lain, atau pasangan yang lain.
Di larik pertama, kalimat pembanding dari kekasihnya yang mengkhianati janji suci mereka adalah 'Dudu Klambi anyar..". Di keyakinan kita, Shinta. Bahwa pasangan itu seperti halnya adalah, klambi atau ageman(pakaian). Aib kita atau aurat kita terlindungi oleh pakaian yang kita pakai, seperti halnya pasangan hidup buat seorang muslim, adalah pakaian yang menutupi seluruh aurat kehidupan dari pasangan nya. Dan pemilihan kata 'klambi' di lirik lagu ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan seorang pasangan hidup.
Di bahasa jawa, pakaian (klambi) itu jika di perhalus menjadi ageman, itu sanepan dari agama. Sanepan atau kiasan yang dimaksud kita jika memiliki agama, maka hidup menjadi mempunyai arah dan tujuan, yaitu tujuan ke Tuhan sebagai Sang Maha Segala sesuatu. Dari agama yang kita pakai atau kita anut, membimbing dengan jelas kepada kebaikan, namun jika yang terjadi sudah mengaku beragama tapi tingkah laku tidak baik, itu tidak lain tidak bukan, sebab ageman(agama) nya dilepas dari tubuh dan hatinya. Sehingga berprilaku seperti tidak mencerminkan kepribadian orang yang beragama.
Lanjut ke lirik dalam lagu Pamer Bojo di bait ini, di kalimat ketiga atau, "Nanging bojo anyar.." itu sudah dangat jelas jelas, bahwa yang ia rindukan siang malam, menjadikan dada sesak tak karuan, adalah sebab kekasihnya sudah mempunyai pasangan baru yang dipamerkan di hadapan nya.
Disini si penulis tidak menerangkan, bahwa kedua orang ini terpisah jarak itu karena apa, atau kenapa disaat pertemuan yang ditunggu-tunggu malah dipameri pasangan baru dari kekasihnya. Namun bisa disimpulkan, jika jarak yang memisahkan mereka sangat jauh sampai-sampai orang yang diceritakan di lagu ini, tidak tahu menahu soal kekasihnya yang sudah menjadi istri atau suami(pasangan) orang lain.
Bisa dibayangkan betapa 'ambyar'nya perasaan kita, jika orang yang kita rindukan ternyata sudah memilih untuk menggunakan kepercayaan kita dan menciderai dengan cara sangat keji dan mungkar itu. Apapun itu, kita dididik untuk selalu bisa menjaga lidah saat berjanji, maka jika itu tidak dilaksanakan dengan atau tanpa alasan yang masuk akal, maka sungguh hina orang yang mengingkari sebuah janji yang pernah dibuat. Dan sangat terkutuk, hingga ketulang. Sebab janji itu bisa dibatalkan jika memang tidak bisa terbayari, bukan lantas dikhianati dengan sepenuh hati, dengan tanpa kejelasan sebelumnya. Sungguh terkutuk sampai ketulang orang yang ingkar janji seperti janji orang kampanye. Manis di mulut penuh bisa.
Lanjut ke bait berikut nya, di bait lagu Pamer Bojo ini memperjelas bait yang sebenarnya, Shinta,
Dudu wangi mawarSing tak sawang neng mripatkuNanging kowe laliNglarani wong koyo aku
Pengistilahan di lirik lagu Pamer Bojo ini, sepintas lalu terlihat ringan dan biasa saja, tanpa sok tahu, aku menemukan beberapa hal yang unik, seperti pasangan diistilahkan dengan baju atau pakaian, dan di bait yang ini pun penggambaran cinta dengan bunga mawar itu cukup membuat penasaran untuk dikulik, Shinta. Memang banyak lagu, banyak kisah bahkan banyak dongeng yang menggambarkan cinta itu dengan mawar.
Namun, akan sedikit saja yang menggambarkannya dengan bau harumnya. Dan penglukisannya bukan dari indra penciuman namun bau yang bisa dipandang mata. Mawar sebagai keindahan yang juga terdapat duri yang siap menancap melukai tangan jika tidak hati-hati. Memang penggambaran yang tidak diragukan lagi jika cinta memang seperti itu. Namun bau wangi mawar yang bisa terlihat mata, itu perlu dipahami lebih jauh lagi. Dan secara garis besarnya, cinta yang diibaratkan dengan bau wangi mawar, sebabnya tak terlihat namun terasa. Sebenarnya bisa dengan mudah dilihat, gerak gerik dari cinta itu, sebagai mana dari gerak gerik pasangan kita yang bosan misalnya, atau pasangan yang selingkuh, bisa dilihat dari perubahan sikap pasangan kita, dan itulah yang coba dituliskan oleh si penulis lagu Pamer Bojo ini.
Sebab di larik berikut nya, ditulis bahwa pasangan sudah melupakan janji dan menjadi pengkhianatan yang sangat tidak terperi dan termaafkan.
Di bait terakhir, si penulis menutup dengan mempertanyakan tentang rasa yang pernah hadir jika akhirnya dikhianati,
Nengopo seneng akuYen mung gawe larakuPamer bojo anyarNeng ngarepku
Dengan ditulis, "mengapa mencintai aku jika cuma membuat aku sakit, dengan memamerkan pasangan barumu di hadapan ku" itu menunjukkan bahwa rasa kecewa yang membelenggu hati untuk merasa sakit hati atas perbuatan kekasih.
Dan kira-kira seperti itulah, uraian yang aku dapat dari lirik lagu Pamer Bojo ini, Shinta. Lantas bagaimana pendapatmu, kekasih ku?