Hutang adalah Pemutus Silahturahmi yang paling Tajam.
Dalam hubungan bersosialisasi kemasyarakatan, hubungan timbal-balik atau sering disebut dengan tolong menolong adalah hal yang lumrah. Sebab itulah, sebagai manusia, yang tak bisa lepas dari peran orang lain, selayaknya menjaga hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Hubungan tersebut, yang kali ini aku angkat adalah Hutang Piutang. Sering kali, kita dalam memenuhi kebutuhan hidup. 'jomplang' antara pemasukan dan pengeluaran. Maka, dari faktor tolong menolong di atas, kita sering kali beririsan dengan meminjam uang, benda, atau yang lainnya, kepada seseorang lain untuk menambal kekurangan dalam memenuhi kebutuhan kita sehari-hari.
gossiphobia.my.id | hey Ucrakers yang bahagia raya, berjumpa lagi dengan tulisan yang awut-awutan ini. Semoga kesehatan melanda kita semua, dan kali ini aku memilih tema 'Hutang adalah Pemutus Silaturahmi yang Paling Tajam'. Alasanku, kita di jaman yang serba dituntut cepat dan cepat ini, seringkali pengeluaran dan pemasukan tidak mudah dimanage dalam pemenuhan kita sehari-hari.
Sering kali, semisalnya kita per bulan mempunyai penghasilan kurang dari 5 juta, akan tetapi kebutuhan kita lebih dari 5 juta tersebut. Faktor yang mempengaruhi sangatlah banyak, namun hal yang paling krusial adalah bagaimana kita bergaya hidup.
Kebutuhan primer, seperti makan, minum, sandang dan papan. Kemungkinan bisa dihandle dari penghasilan kita. Akan tetapi yang memberatkan tentu kebutuhan sekunder yang itu, jika kita renungkan baik-baik, seperti tidak penting. Taruhlah, kita sudah sarapan di rumah. Namun, kita kepingin jajan baso. Dari hal sepele tersebut yang harusnya kita tidak begitu perlu mengeluarkan uang 17ribu per mangkok, kita jadi menambah pengeluaran untuk itu.
Dari hal-hal sepele tersebut, karena kita tidak menyadari jika penambahan pengeluaran yang seharusnya tidak begitu perlu. Maka yang terjadi adalah, kita jadi kalap dalam membelanjakan uang kita. Sampai-sampai belum juga genap setengah bulan, uang dari penghasilan kita habis ludes tak tersisa. Sehingga kita memutar otak kita untuk menutupi kebutuhan di setengah bulan selanjutnya.
Jika kita adalah buruh lepas, maka kita tidak begitu terikat untuk menambah pekerjaan dan menghasilkan uang lebih. Akan tetapi alangkah nganu nya, jika kita adalah buruh kantoran yang itu juga tidak begitu kreatif, hanya bisa mengandalakan gaji dari kantor tempat kita kerja, yang itu juga sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan untuk kebutuhan setengah bulan. Maka kita merengek, ke teman kita untuk meminjam uang, atau yang biasa kita teriakin hutang.
Sebenarnya berhutang, adalah solusi paling top markotop di kala kita sedang kritis. Dan kita punya jaminan untuk membayar di kemudian hari. Namun, jika kita punya background yang payah saat membelanjakan uang. Akan jadi bumerang buat kita sendiri.
Tentunya, hutang itu hal wajib yang diprioritaskan untuk dibayar sesuai kesepakatan, entah nominal ataupun waktu pengembalian nya. Sangat tidak bijaksana jika kita sebagai orang yang berhutang malah seketika menjadi monster yang lebih galakan daripada orang yang kita hutangi, saat giliran waktu yang kita sepakati untuk mengembalikan uang atau barang yang kita hutangi tersebut.
Ataupun juga, sangat tidak elok saat kita berhutang pada seseorang, akan tetapi selalu menghindar dari orang yang kita berhutang. Apapun alasannya, entah itu belum bisa bayar karena belum ada yang bisa dibayangkan atau merasa malu bahkan takut kalau-kalau orang yang menghutangi kita tiba-tiba menagih hutang kita.
Dari dua hal tersebut di atas, tidak lekas mbayar saat sudah jatuh tempo atau menghindar dari orang yang sudah menghutangi kita. Menunjukkan bahwa jika kita tidak bisa berhati-hati, hutang bisa menjadi pemutus tali silaturahmi yang sangat tajam.
Banyak kiranya, di sekitar kita, orang-orang yang melakukan hutang-piutang menjadi tidak saling menyapa, menjadi dendam, bahkan tidak sedikit yang awalnya baik, rukun bersahaja malah berubah menjadi musuh bebuyutan, bukan sekedar satu generasi, bahkan ada yang diwariskan ke generasi berikutnya, hanya gara-gara hutang-piutang.
Terkadang adapula, pihak yang berhutang sudah membayar. Akan tetapi dia menyicil dari sedikit, dan karena si pemberi hutang tidak sabaran. Itu juga bisa menjadi problem. Akhirnya yang awalnya berniat baik menolong, malah lantas menjadi rentenir yang ngasih bunga tinggi, setinggi rok mini mbak-mbak SPG rokok. Dari yang hanya 5% hingga 50%, dari yang kedodoran hingga yang mencekik leher.
Dan itulah problematika hutang piutang, jika kita bijak dalam memanajemen pengeluaran dan pemasukan, maka hindari bersinggungan dengan hutang. Hidup bisa lebih bebas dan jalinan silaturahmi antar sesama umat manusia di bumi ini bisa lebih hangat lagi. Dari silaturahmi yang hangat tersebut, bahkan kita tak perlu melakukan hutang piutang, karena tolong menolong dalam kebaikan tentunya lebih baik di hadapan Tuhan, sebab kita umat beragama yang meyakini bahwa akan datang hari dimana berbuat baik pada sesama, akan dihadiahi tempat yang terbaik sesuai amalannya.(red)
Tulisan ini sebenarnya tidak bisa dibuat referensi untuk apapun. Akan tetapi hanya untuk menjadi pengingat buat aku sebagai penulis (khusus nya) dan buat kalian yang mau membaca pada umumnya, dari redaksi ANABEL(analisa gembel), kami ucapkan banyak terimakasih.