"kring..kring..kring.." bungi telepon berdering beberapa kali memecahkan keheningan subuh malam itu. Dengan tergopoh-gopoh, mbok Darmi berlari dari kamar pembantu ke ruang tengah. Diraihnya gagang telepon, dari seberang terdengar suara berat seorang lelaki.
"Ini kediaman Letkol Arman?"
"Iya betul, ini dengan siapa ya?" Suara serak mbok Darmi, karena masih bau bantal.
"Ini Parman, mbok. Ajudan bapak, bapak ada mbok?" Ternyata suara di seberang adalah Lettu Suparman, ajudan Letkol Arman, tempat mbok Darmi bekerja.
"Kayaknya masih tidur, pak. Ada perlu apa ya? Nanti saya bangunkan bapak". Jawab mbok Darmi.
"Oh tidak usah mbok, tolong nanti bilang saja ke bapak, kalau hari ini saya tidak bisa mengantar beliau ke Jogja, karena saya akan ke Semarang mengambil berkas"
"Baiklah kalau begitu, nanti saya sampaikan, pak".
"Terimakasih mbok". Jawab Lettu Suparman sambil menutup telponnya.
Kemudian mbok Darmi, langsung ke toilet untuk sekedar cuci muka. Setelah itu, mbok Darmi ke dapur, untuk sekedar menghangatkan air. Namun, belum sempat ia sampai di dapur, ia berpapasan dengan Dewi, istri Letkol Arman.
"Udah bangun mbok?" Sapa Dewi.
"Iya nyah, mau ngangetin air, kok pagi-pagi udah rapi, mau kemana nyah?" Tanya perempuan tua yang sudah melayani beberapa tahun ini di keluarga Letkol Arman itu.
"Sttt.. jangan keras-keras, aku mau ke Magelang jenguk Rudi, mbok. Oh ya sekalian nanti kalau bapak bangun, bilang ke bapak aku ke Magelang, gitu ya mbok". Ucap Dewi seraya meninggalkan mbok Darmi yang terbengong itu.
Tidak seperti biasanya, majikan nya itu pergi subuh-subuh begini. Tapi ia yang sudah tua itu tak mau ikut campur urusan majikan nya itu, ia pun melanjutkan pekerjaannya di dapur.
Waktu cepat berlalu, tak terasa sudah sepuluh tahun berlalu. Tepat di pertengahan tahun 2003, ada kabar menggemparkan di koran-koran maupun di berita-berita. Akan penemuan sesosok mayat perempuan tanpa pakaian di sebuah tebing, di daerah perbatasan Jogja-Magelang.
Mayat perempuan itu cuma setengah mengenakan pakaian, selebihnya sudah terkoyak semacam senjata tajam. Kulitnya yang putih mulus itupun terdapat banyak sayatan benda tajam. Entah siapa yang setega itu melakukan nya.
Dari penyelidikan, mayat itu adalah mayat seorang perempuan berusia sekitar 40-50an. Ada tahi lalat di ujung bibirnya yang mungil. Warna kulit nya putih mulus, khas perawatan.
Banyak spekulasi yang timbul, dari korban perampokan, karena ditemukan di dekat sang mayat, sebuah tas branded, sampai korban asusila, sebab keadaan sang mayat yang setengah tak berpakaian itu. Akan tetapi, polisi masih sibuk mengidentifikasi jasad tersebut, tanpa berani berspekulasi.
Foto-foto dan sketsa jasad perempuan di tebing itupun beredar luas. Namun, sampai tiga atau empat hari polisi belum juga mendapatkan informasi yang jelas dari penemuan jasad perempuan itu.
Selang, beberapa hari berlalu. Ada seorang ibu-ibu yang sudah sangat tua, dia melapor bahwa ia kenal dengan mayat si korban. Dan dia adalah mbok Darmi. Perempuan yang dulu adalah pembantu di keluarga Letkol Arman, meskipun kini sudah ia tampak sangat renta, namun dari keterangan yang diberikan ke pihak yang berwajib, menandakan mbok Darmi masih sangat fasih untuk mengenali sang korban.
Dan, korban itu tidak lain tidak bukan adalah Dewi, mantan majikan nya dulu, atau istri Letkol Arman. Dari keterangan mbok Darmi tersebut, maka polisi bertindak cepat, mengintrogasi keluarga korban. Dari Letkol Arman sampai ke anak semata wayangnya, yaitu Rudi.
Namun, dari keterangan keluarga korban tidak juga menjelaskan sebab musabab kenapa jasad Dewi ada di tengah tebing itu. Bahkan, Letkol Arman yang mengaku sudah menceraikan Dewi 5 tahun yang lalu pun, seperti tidak kooperatif, seolah masa bodoh dengan keadaan yang menimpa mantan istrinya itu. Sedangkan Rudi pun, juga masa bodoh dengan keadaan sang ibu. Dia hanya bisa menjelaskan, kalau sudah tiga tahun tidak pernah berjumpa dengan ibunya, dan tidak tau menahu apapun tentang nasib ibunya selama mereka tidak pernah bertemu.
Memang, agak ganjil. Kedua Bapak-anak ini dalam memberikan informasi, keduanya seolah tidak mengakui bahwa Dewi adalah orang (yang sempat menjadi anggota keluarga mereka itu). Dari situ pernah timbul prasangka bahwa keduanya yang merencanakan pembunuhan atas Dewi. Tapi dari albi, dan keminiman bukti, mereka akhirnya dilepaskan dari tuduhan. Lantas siapakah yang telah setega itu melakukan perbuatan menghilangkan nyawa Dewi.
Cerita kemudian berbalik ke sepuluh tahun yang lalu. Ketika mbok Darmi menerima telpon dari Lettu Suparman dan memergoki Dewi yang sedang berjingkit keluar rumah.
Ternyata, Lettu Suparman dan Dewi adalah pasangan selingkuh. Mereka saat itu, sedang dimabuk asmara. Dan sedang benar-benar dilupa-daratan.
Pertemuan mereka, kali itu. Adalah babak pertama dari serangkaian perselingkuhan yang mereka lakukan di belakang Letkol Arman. Hingga pernah kepergok beberapa kali oleh Letkol Arman maupun Rudi. Dan itu lah sebabnya, kenapa saat Dewi ditemukan tak bernyawa mereka sangat acuh tak acuh, atas apa yang menimpa Dewi.
Dan dari informasi Letkol Arman maupun Rudi, polisi pun melakukan penyelidikan kepada Lettu Suparman. Orang yang pernah berselingkuh dengan Dewi.
Saat dilakukan penangkapan serta interogasi, sikap Lettu Suparman sebenarnya saat kooperatif. Lantas mengalirkah kisah miris yang menghiasi kematian Dewi.
Setelah Dewi resmi pisah dengan Letkol Arman, nyaris kehidupan Dewi bergantung pada Lettu Suparman. Namun, apakah mereka bahagia?
Beginilah kisahnya, bulan-bulan awal mereka berhubungan, selepas Dewi pisah dengan Letkol Arman, hanyalah sebatas sepasang kekasih tanpa ikatan resmi. Sebagai perempuan Dewi menurut Lettu Suparman untuk segera menikahi nya. Namun, bulan berganti bulan hingga tak terasa sudah setahun Dewi dan Lettu Suparman kupul kebo, tak juga Suparman meminang Dewi menjadi istri.
Sebagai hubungan tanpa status, Dewi sering mendapat teguran dari sang anak(Rudi). Ia tak mau ibunya itu hanya dijadikan wanita pemuas nafsu oleh Suparman. Hal itulah yang membuat batin Dewi sangat terpukul, karena sampai setahun ia hidup seatap dengan Lettu Suparman, tapi tetap tak ada kejelasan dari hubungan mereka.
Kupul kebo itu pun sampai juga ke instansi, tempat Lettu Suparman bekerja. Kemudian ia dapat teguran keras dari atasannya. Namun, entah apa yang ada di benak Lettu Suparman, hingga ia menunda-nunda menjadikan Dewi, kekasihnya yang ia rebut dari mantan atasannya itu, untuk dijadikan istri.
Pada akhirnya, instansi tempat Suparman bernaung tidak bisa lagi memaklumi apa yang telah ia lakukan. Dan iapun dipecat dari keanggotaan militer.
Dari situlah, percikan kemalangan menimpa Dewi. Ia harus berpindah-pindah kontrakan setia menemani Suparman yang kini hanya menjadi seorang pengangguran. Meskipun begitu, Suparman masih juga belum ada niatan untuk menjadikan Dewi sebagai istri yang sah.
Saat tabungan Suparman makin menipis, ia ditawari seorang teman untuk menjadi bodyguard seorang pengusaha. Karena ia butuh maka Suparman menyanggupi tawaran tersebut. Dari situlah, kehidupan Suparman dan Dewi jadi agak mendingan, dibandingkan dengan beberapa bulan lalu setelah Suparman dipecat dari kesatuan.
Dewi pun sudah bisa merasakan kembali kehidupan yang pernah ia jalani saat ia menjadi istri Letkol Arman. Dari perawatan di salon, punya barang yang agak mewah, hingga kendaraan yang meskipun itu juga masih Suparman cicil, tetapi kehidupan mereka mulai menanjak lagi, setelah Suparman menjadi bodyguard si pengusaha itu.
Sosok Dewi memang adalah perempuan yang sangat cantik, terlebih lagi ia juga menjaga kebugaran, hingga membentuk body yang sangat sexy. Tak jarang ia digoda lelaki yang berpapasan di jalan, karena memang Dewi seperti seorang model.
Hal tersebutlah yang menjadikan sang pengusaha, orang yang Suparman menjadi bodyguard, terpikat pada sosok Dewi. Meskipun, Dewi seorang yang setia pada Suparman, namun hubungan yang tanpa status itu membuat Suparman yang sebenarnya juga berat melepaskan Dewi, tapi ia tak mampu melawan uang dari sang pengusaha. Dan Dewi pun, yang saat itu sudah terbuai dengan kemewahan, mengikislah kesetiaan nya pada Suparman.
Hingga, tepat beberapa bulan sebelum Dewi ditemukan sudah tak bernyawa di atas tebing, Dewi sudah berpindah tangan pada sang pengusaha. Kehidupan yang gelamor ia rasakan setelah ia berhubungan dengan si pengusaha itu. Kehidupan yang bahkan belum pernah ia rasakan, meski itu saat ia masih resmi jadi istri seorang Letkol Arman.
Pulang pergi ke Singapure, adalah hal rutin yang Dewi lakukan. Entah sekedar belanja maupun juga perawatan tubuhnya. Kehidupan serba gemerlap telah ia dapatkan saat ia menjadi simpanan sang pengusaha.
Sedangkan, perjalanan hidup Suparman tetap saja menjadi bodyguard sang pengusaha itu. Karena itulah ia tau peringai sang penguasa terhadap Dewi. Memang benar, Dewi bisa berlimangan harta, tak menjadi soal berapa pun nilainya, mampu Dewi beli dari kocek si pengusaha. Tetapi, ia juga tak lebih hanya sekedar wanita peliharaan yang harus bisa memberikan rasa puas pada si majikan.
Sampai saat hari sebelum kejadian Dewi ditemukan tak bernyawa, dari pengakuan Suparman, ia disuruh menjemput Dewi yang baru saja pulang dari Paris. Dewi yang pergi sendirian itu, memborong beberapa barang mahal. Dari tas, baju, sampai aksesoris yang serba mahal. Langsung minta di antar pulang ke villa pemberian sang pengusaha.
Sesampainya di Villa, yang terletak di daerah Magelang. Dewi terlihat saat lelah, namun karena ada sang pengusaha di villa tersebut, maka Dewi diminta untuk melayani nya hari itu juga. Suparman yang sebenarnya masih sayang ke Dewi, merasa iba atas perlakuan sang Majikan. Namun, apalah daya uang seperti sudah menjadi penguasa, yang tak bisa mereka tolak kemauannya.
Sepengakuan Suparman, mereka (Dewi dan si Pengusaha) langsung masuk ke kamar. Dari siang sampai malam, baru sang majikan baru keluar. Tapi, tak seperti biasanya, ia tampak kecewa dengan layanan Dewi, terlihat jelas di raut mukanya. Sambil keluar kamar, memberikan isyarat pada Suparman untuk mengikutinya keluar.
Sampai di luar, si majikan bilang, "carikan tempat yang bisa untuk membuang mayat, man!" Sambil sedikit menghardik.
"Mayat siapakah itu, bos?", Jawab Suparman penasaran.
"Udah kamu gak usah kebanyakan tanya, cari ajah tar juga tau, sekalian kamu urus si Dewi".
Dari situlah Suparman tahu bahwa mayat yang dimaksud adalah mayat Dewi. Tanpa banyak tanya lagi, Suparman langsung masuk ke kamar Dewi, pemandangan yang mengerikan yang belum ia temui, meskipun itu saat ia masih tugas dulu.
Orang yang ia masih sayangi, sudah tergeletak tak bernyawa di atas lantai, dengan bersimbah darah. Ia panik, namun belum sempat ia berkata, sebuah seruan, untuk menyegerakan membungkus Dewi dengan selimut, dan menyuruhnya segera bawa ke mobil.
Tanpa babibu lagi, Suparman bergegas melakukan apa yang disuruhkan majikan nya itu. Lantas dibawanya mobil yang berisi jasad Dewi ke tebing tempat penemuan mayat Dewi. Untuk membuat skenario, si pengusaha meminta Suparman untuk membuat seolah-olah Dewi dirampok dan diperkosa.
Dan begitulah akhir dari kisah Dewi si perempuan di atas tebing batu. Sedangkan sang penguasa dan Suparman dimeja hijau kan. Dari penyelidikan dan hasil putusan hakim, si pengusaha itu dijatuhkan hukuman seumur hidup dan Suparman dipenjara 10 tahun, sebab ia juga didakwa terlibat dalam menghilangkan nyawa Dewi.