Sebuah Puisi Rahwana Untuk Shinta: Sebuah Puisi Epik, Tentang Ketauhidan dan Cinta Pada Kekasih. -->

Advertisement

Sebuah Puisi Rahwana Untuk Shinta: Sebuah Puisi Epik, Tentang Ketauhidan dan Cinta Pada Kekasih.

john_aripe
Rabu, 11 Oktober 2023

gossiphobia.my.id | Shinta kekasihku, engkaulah wujud dari wirid ku pada Tuhan ku. Menyebut nama Nya yang Maha Asyik, senikmat aku merindukan wajahmu, kekasih. Sedekat itu aku mendampingi sang Kholiq karena mencintaimu adalah jalanku menuju Tuhan.



Memanjakanmu yang adalah makhluk, yang Tuhan ciptakan sebagai tulang rusukku. Dan aku sangat merasa kaya seraya alam semesta saat aku mengenalmu lebih dari sepasang kekasih.

Dari matamu yang tajam, aku mengerti tentang bahasa hatimu yang tak nyaman mendengar syair puisi cinta Rahwana pada mu kekasih ku Shinta. Karena menurut keyakinan mu, Tuhan terlalu kecil jika disambungkan dengan cinta antara manusia.

Meskipun cara berkeyakinan engkau lebih banyak diam dengan bahasa tubuh yang penuh dengan makna. Akan tetapi engkau tetap mencintai aku dengan segala kerendahan hati sebagai makmum dari sikap gerak keyakinan ku. Dan itulah asmara kita, Maha Paradoks.

Sedikit aku terangkan jalan kesunyian malam saat aku menzikirkan cinta kita, Shinta. Aku tidak menyama-samarkan cinta ku ke illahi, dengan aku memilihmu sebagai jalanku menuju Tuhan. Namun, aku meyakinkan hati, jika Tuhan bukan konsep teoritis hamba dan tuan.

Sudah barang tentu, si pembuat akan sangat berbeda dengan barang buatannya. Barang akan rusak, sedang tidak pada si pembuat nya. Namun, jika pemaknaan membabi buta-nya adalah seperti kita mengagumi sebuah lukisan, akan sangat menghargai si pelukis nya. Seberapa besar nilai harga akan kita tunaikan untuk menghargai karya lukisan tersebut.

Dan karena yang aku kagumi adalah Tuhan yang tujuan akhir hanya bersyukur kepada Nya. Maka engkau lah perwujudan syukur ku di dunia, yang Tuhan amanahkan untuk aku. Sehingga garis merahnya, aku mencintaimu karena aku mencintai yang menciptakanmu, Shinta kekasih hatiku.

Ingatkah engkau Shinta, saat surat pertama yang aku bunga bungakan pada mu dahulu di pertengahan 20'an? Sedikit penggalannya adalah,

Shinta, dari udara yang ku hirup, ada wangi mu. Dari pemandangan yang aku lihat, ada wujud mu. Dari yang aku sentuh, ada sidik jari mu yang aku rasakan. Karena engkau lah rasa syukur ku pada Sang Pencipta.

Dari surat itu, membakar kalori di bawah kulit ari mu. Dan dengan waktu yang tapaknya sampai ke hulu tahun ini. Aku tetap sama seperti dahulu aku mencintaimu sepenuhnya. Sebagai air yang terus mengalir sesuai siklus kehidupan. Ada mu adalah ada cinta ku pada nama mu.

Sementara diam mu, pada lahan pemaham yang sangat luas. Ku belai lembut rambut mu yang ikal tergerai di pangkuan ku. Kemudian ku kecup bingung mu dengan bibir hangatku.

"Kita hanya paradigma, sebagai sebuah kultur langit dan bumi, wujud tinggi karena ada kerak bawah bumi dan saat ada bawah bumi sebab ada langit berlapis. Maka jika ada yang mengaku penguasa bumi, sebenarnya sebuah kebohongan." Ucapan mu lirih mengalun seperti awang-awang menerawang.

Sekejap kemudian engkau sudah menutup mata indahmu. Lalu kupeluk gusar mu, kekasih ku.

Jiwa kita berpelukkan, menyingkir kan berbagai pandangan dan pemahaman. Semua tahu, jika engkau memiliki keyakinan yang mampu membelah bongkahan batu kepala. Dan banyak yang tidak percaya, jika engkau adalah wanita terhebat yang pernah menenggelamkan satu negara hanya dari teguran para penegak keadilan.

Logikamu tajam mengiris matahari, perasaan halus dan penuh kehangatan mampu membakar segudang peristiwa. Dari profesimu sebagai pengintai keadilan di negeri yang penuh bau pesing. Engkau lah wanita yang lembut sekaligus tajam penuh kejutan.

Aku selalu kagum pada mu, kekasihku. Seperti itu aku mengagumi Tuhan ku, yang telah mengirimkan engkau, sebagai nikmat, rahmat dan hidayah untuk ku selalu bersyukur.