Menikah Dengan Genderuwo
#gossiphobia | Matahari yang sedari tadi telah ditelan sang senja, menggulung kisah-kisah sendu yang menggelantung di langit-langit stasiun kereta api pinggiran kota.
Shinta, adalah benang-benang halus dari kumpulan kisah sendu yang dipintal di stasiun itu. Ia adalah seorang penjaja rokok keliling dari sebuah merk rokok lokal. Sebagai penjaja rokok, ia diwajibkan oleh distributor rokok tersebut untuk berdandan ala biduanita. Makeup yang mencolok serta berpakaian yang agak menantang hati lelaki. Sebab, target marketnya adalah perokok aktif laki-laki, ujar pak Joko saat menerima Shinta bekerja di perusahaannya.
Meski dengan berdandan demikian membuat Shinta makin cantik. Akan tetapi sebenarnya, Shinta agak risih dengan penampilan ini. Tapi mau bagai mana lagi, setelah setahun yang lalu ia di PHK dari pabrik tempat dulu ia bekerja. Hanya ini yang bisa ia lakukan, kerena ia tak memiliki keahlian yang membuat ia bisa di terima di pekerjaan lainnya.
Diliriknya arloji hadiah suaminya, jarum jam menunjukkan angka setengah 7 malam. Ingatan Shinta pada Ari, anak semata wayangnya di rumah yang terbaring sakit panas. Sudah 3 hari yang lalu, Ari yang masih berumur 4 tahun, hanya bisa terbaring diatas ranjang. Paling hanya bisa berjalan gontai di sekitaran kamar kostnya.
Makin terunyuh hati Shinta, sebab tiga tahun lalu suaminya 'minggat' meninggalkan dirinya dan Ari, untuk memilih perempuan lain. Hanya ia yang mencari nafkah untuk dia dan Ari, anaknya.
Setengah jam lagi ia harus segera beranjak dari stasiun tua itu, untuk menyetor hasil penjualan hari itu. Padahal masih ada beberapa bungkus rokok yang belum terjual. Ada rasa teriris di hatinya, membayangkan berapa uang yang bisa ia bawa pulang. Sedangkan, Shinta harus membawa Ari untuk berobat. Tidak cukup! pikirnya.
Setelah setengah jam berlalu, langkah gontai Shinta meninggalkan stasiun kereta. Di perjalanan menuju tempat pak Joko, ia berjalan di jejalanan yang temaram dan sepi. Sebenarnya ada niatan nya untuk mengojek saja. Namun, sayang kiranya lebih bermanfaat jika uang untuk ojek ia gunakan untuk mengobatkan Ari.
Malam kian berkuasa, menyelimuti jejalanan dengan kegelapan nya. Batin Shinta agak berganggu. Ia memilih jalan yang memotong agar lebih cepat sampai di tempat pak Joko. Meski yang harus ia lewati adalah jalan yang gelap dan sepi. Jarang orang menggunakan jalan itu, maka lampu listrik pun tak ada.
Sesampainya di tikungan jalan ada pohon beringin besar yang begitu rimbun. Juntaian ranting dan dedaunan memberi kesan menakutkan. Shinta agak kecut hati sebenarnya.
Tiba-tiba ada seseorang lelaki yang menuruni dari salah satu rantingnya. Tubuhnya tegap, perawakannya sangat atletis. Dari remang cahaya rembulan Shinta melihat wajah lelaki itu, ia sangat ganteng.
Kemudian lelaki itu mendatangi Shinta, sambil menyapanya dengan suara yang agak berat.
"Selamat malam, kenapa kamu lewat sini, aku belum pernah melihat mu, maaf siapa nama mu? Aku Gandu" sambil mengulurkan tangannya.
"Namaku Shinta.." jawab Shinta agak gemetar, bukan karena takut tetapi ia agak tersipu akan seseorang yang menyebutkan namanya Gandu itu.
Sebenarnya, Shinta tergolong perempuan yang cantik, dulu saat masih perawan pun. Banyak lelaki yang sering menggodanya, sampai ia dijodohkan dengan Budi, suaminya yang meninggalkan dia, ia tetap digoda. Namun, Shinta bukan perempuan yang mudah dirayu. Dan ia pun seorang yang setia, sebab sudah disakiti dan ditinggalkan begitu saja oleh Budi, ia tetap menjaga dirinya.
Namun, Gandu lelaki yang ia temui malam itu, mampu menggetarkan hati nya. Gandu pun terlihat sopan, dan entah kenapa ia mengajak Shinta untuk 'mampir' ke rumah nya, yang kata Gandu tak jauh dari situ.
Dan tiba-tiba, di dekat situ ada sebuah rumah yang sangat megah meski agak kuno bentuknya tapi bersih dan terlihat mewah. Gandu membukakan pintu rumahnya, mempersilahkan Shinta untuk masuk. Seperti disihir Shinta ikut saja ajakan Gandu.
Setelah meletakkan tas dagangan nya, Shinta dipersilahkan duduk di sofa yang sangat empuk dan nyaman. Shinta membatin, belum pernah ia merasakan sofa yang begitu nyaman. Kemudian, Gandu menawarkan kopi dan beberapa cemilan. Shinta yang malu-malu, hanya bisa mengiyakan saja.
Jujur di hati kecilnya ia takjub pada Gandu, selain ganteng ia juga baik. Dan baru kali itu ia dilayani seorang lelaki, maka Shinta pun makin tersipu-sipu. Membayangkan kalau ia menikah dengan Gandu, pria yang ia temui beberapa saat yang lalu itu. Segera ditepok pipinya, "Jangan gila, kamu sudah punya suami", gumam Shinta pelan.
Kemudian, mereka sudah asik mengobrol 'ngalor-ngidul', karena dari awal Shinta sudah "kesengsem" pada sosok Gandu, ia sampai lupa waktu, lupa pada pak Joko bahkan ia lupa pada Ari anaknya yang terbaring sakit di kost nya. Ia benar-benar bahagia malam itu. Sampai ia tak sadar dan terhipnotis sudah berada di kamar Gandu.
Kamar Gandu, sangat wangi dan nyaman. Lampu yang temaram menambah kesyahduan suasananya. Begitu syahdu hingga tak terasa Shinta dan Gandu sudah bermadu kasih selayaknya sepasang suami istri. Sudah berkali-kali hingga tak terasa mereka sudah kelelahan.
Malam itu, begitu indah dan membahagiakan bagi Shinta. Belum pernah ia merasakan kenikmatan bercinta. Meskipun dulu melakukan dengan suaminya, tak pernah merasakan kenikmatan yang seperti ia melakukan dengan Gandu malam itu.
Saking puasnya dan kelelahan Shinta sampai tertidur di pelukan Gandu, lelaki yang baru saja ia temui malam itu. Mimpi yang indah, menyertai tidur Shinta malam itu, yang aslinya dia sudah lama tak merasakan bermimpi.
Tak terasa malam telah berlalu begitu cepat. Pagi itu Shinta terbangun dari tidurnya yang sangat pulas. Ia terlihat linglung. Ia mendapati dia terbangun di bawah pohon beringin. Dimana Gandu, dimana kamar yang nyaman, dimana rumah yang megah, yang ia temui tadi malam.
Sesaat ia termangu, jika tadi malam adalah mimpi, tapi kenapa tubuhnya masuh terasa sangat kelelahan dan kenikmatan bercinta nya masih terasa di selangkangan nya. Ada apakah ini?
Selang beberapa hari setelah kejadian malam itu, Shinta selalu merindukan Gandu. Dia sering sengaja malam-malam melewati pohon beringin itu, namun betapa kesalnya hati Shinta malam-malam itu tak pernah mendapati Gandu.
Hingga satu malam yang tepat di malam bulan purnama. Shinta tetap masih melewati jalan setapak itu. Dan malam itu ia bertemu dengan Gandu, lelaki yang beberapa hari yang lalu bercinta dengan nya.
Tanpa sadar Shinta berlari dan memeluk Gandu. Sambil berbisik setengah terisak karena saking rindu nya. Ia berkata "Gandu aku kangen, kemana saja kamu". Dan malam itu berulanglah kejadian saat pertama mereka bertemu. Namun, setelah mereka sudah habis-habisan mencurahkan percintaan mereka. Shinta mendapati kenyataan yang sangat membuat Shinta seperti tersambar petir.
Gandu yang sudah bercinta dengan nya itu adalah sosok Genderuwo. Gandu sendiri yang memberi tahukan itu. Gandu pun memohon maaf jika baru bisa memberi tahu malam itu. Bukan nya takut atau membenci kenyataan itu, Shinta memang kaget tetapi ia seperti tertutup matanya, ia tetap bisa menerima Gandu meski Gandu bukan manusia.
Dan sejak saat itu, Shinta pun menikah dengan Gandu yang sesosok genderuwo. Mulai saat itu, Shinta yang dulunya sangat terlunta-lunta soal ekonomi, kini ia sangat mudah mendapatkan harta benda. Semua karena ia dinafkahi oleh Gandu suami astral nya itu.